Ini Cara Facebook Perangi Berita Hoax Dan Video Kekerasan
Sabtu, 17/06/2017 - 12:53:12 WIB
Tak
cuma lewat aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, LINE, dan
kawan-kawannya, peredaran berita hoax (berita bohong), nyatanya juga
merambah ranah media sosial (medsos) termasuk Facebook.
Frank
Seno, pengamat komunikasi The George Washington University, mengatakan
Facebook lebih disoroti dalam hal peredaran berita palsu. Oleh karena
itu, para pemain besar medsos lain seperti Google, Twitter, Instagram,
harus bertanggung jawab.
"Pasalnya, media sosial bukan sarana
netral yang seluruh informasinya dimuat bersifat kredibel. Informasi
yang disisipkan bisa saja berisi kebencian atau penipuan," kata Seno
sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari VOA, Sabtu (17/6/2017).
Merebaknya
berita hoax dan video kekerasan juga sempat menekan harga saham
Facebook. Investor khawatir, ancaman ini bisa mengikis reputasi media
sosial terbesar tersebut.
Facebook tentu tak tinggal diam.
Langkah awal yang diambil raksasa medsos itu adalah memperkerjakan
ribuan pekerja tambahan yang tak hanya untuk memonitor berita hoax,
tetapi juga menanggulangi video dengan konten kekerasan.
Langkah
tersebut dilakukan menyusul kasus pembunuhan yang streaming langsung via
Facebook Live di AS serta siaran langsung tindak bunuh diri di
Thailand.
Secara
mekanisme, Facebook akan meminimalisasi peredaran berita hoax dengan
strategi serupa Google, di mana memblokir informasi hoax dengan
menggunakan jaringan AdSense.
Kepada The Wall Street Journal,
juru bicara Facebook mengatakan, mereka mulai memblokir laman-laman yang
menghadirkan informasi atau berita bohong dari Facebook Audience
Network.
Laman-laman itu tak akan bisa ditampilkan di Facebook
lantaran telah dikategorikan sebagai informasi menyesatkan, ilegal, atau
dianggap sebagai penipu. Dengan demikian, pendapatan iklan dari
situs-situs hoax itu bisa dipotong.
"Kami telah memperbarui
kebijakan secara eksplisit yang menjelaskan hal ini (pemotongan
pendapatan iklan) berlaku untuk situs-situs berita hoax. Kami semangat
menegakkan kebijakan dan mengambil tindakan cepat bagi situs dan
aplikasi yang dinyatakan melanggar," tutur juru bicara Facebook.
Lebih lanjut, ia mengatakan, tim Facebook terus memantau seluruh calon penerbit untuk mematuhi aturan tersebut.
Bagi
situs-situs berita yang dikategorikan menyesatkan atau ilegal, tentunya
kehilangan kesempatan untuk muncul baik di Google maupun Facebook
merupakan hal yang merugikan. Sebab, kedua perusahaan teknologi itu
merupakan dua dari banyak platform terbesar di dunia bagi pengiklan.
Hilary
Kramer, penasihat keuangan A&G Capital, mengatakan kesan pertama
dari keputusan Facebook menambah 3.000 pekerja untuk memonitor unggahan
dan mencari penyebaran berita bohong dari pengguna, adalah langkah yang
bijak.
Menurutnya, ini jelas merupakan cara untuk memulihkan hubungan masyarakat dan mencoba memulihkan hubungan dengan pengguna.
sumber : liputan6.com
Komentar Anda :