Kata Dokter, Ragu-ragu Bisa Cukupi Kebutuhan Bayi Justru Hambat Produksi ASI
Jumat, 05/08/2016 - 09:16:49 WIB
Saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan, biasanya ibu-ibu akan mulai ragu apakah produksi ASI-nya bisa mencukupi untuk kebutuhan ASI eksklusif. Menurut dokter, hal ini justru akan menghambat produksi ASI itu sendiri.
Demikian disampaikan oleh konselor laktasi RS Hermina Bekasi, dr Sylvia Haryeny, IBCLC. Dokter yang akrab disapa dr Sylvi ini menjelaskan bahwa ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik dari puting dikirim ke otak. Sebagai jawabannya, bagian belakang kelenjar pituitari di dasar otak mengeluarkan hormon oksitosin.
Oksitosin ini kemudian akan masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel otot di sekeliling alveoli untuk berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI yang telah terkumpul di dalam alveoli mengalir sepanjang duktus.
"Kadang ASI mengalir keluar payudara. Inilah refleks oksitosin atau refleks pengaliran ASI. Oksitosin bahkan dapat mulai bekerja sebelum bayi menyusu, jika ibu merasa ini sudah saatnya menyusu," papar dr Sylvi kepada detikHealth.
Ia melanjutkan, selain oleh isapan bayi, hormon oksitosin dengan mudahnya dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan sensasi ibu. Inilah sebabnya refleks tersebut sering juga disebut sebagai Let Down Reflex atau LDR.
"Perasaan yang positif, misalnya perasaan senang dan puas terhadap kondisi bayinya, memikirkan bayinya dengan penuh kasih, dan merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya, dapat membantu mempermudah refleks oksitosin bekerja dan ASI mengalir," papar dr Sylvi.
Selain itu, kontak fisik seperti menggendong, menyentuh, menatap atau bahkan mendengar bayinya menangis, juga dapat membantu refleks oksitosin, sehingga ASI lebih mudah mengalir.
Sebaliknya, perasaan negatif seperti kesakitan, khawatir atau ragu-ragu tidak punya cukup ASI untuk bayi justru akan menghambat refleks oksitosin dan menghentikan ASI mengalir. Stres dan kelelahan juga dapat menghambat refleks tersebut. Pada kondisi tersebut, payudara tampak seperti berhenti memproduksi ASI.
Padahal faktanya payudara tetap memproduksi ASI, hanya saja ASI tersebut tidak dapat mengalir keluar, sehingga bayi sulit untuk mendapatkannya. "Untung efek ini biasanya sementara dan dapat kembali seperti semula. Inilah mengapa seorang ibu perlu menjaga dan dijaga perasaannya agar tetap tenang dan nyaman. Apabila bayinya tetap menyusu, ASI-nya akan mengalir kembali," ujar dr Sylvi.*
Sumber : Detik.Com
Komentar Anda :