Dewasa ini banyak terjadi krisis lingkungan dimana-mana. Mulai dari pemanasan Global, banjir, longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan dan masih banyak bencan lainnya akibat dari krisi lingkungan.
Ketidaksiapan dalam menghadapi krisis lingkungan yang notabennya merupakan hampir beberapa bencana yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia meskipun tidak dipungkiri juga bencana yang terjadi karena alam itu sendiri.
Namun dalam hal ini etika ingkungan merupakan suatu pemahaman penting dalam memahami fungsi manusia, fungsi lingkungan serta bagaimana seharusnya hubungan antara manusia dan lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional Penaggulangan Bencana) bencana sepanjang tahun 2019 yang paling tinggi adalah angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, banjir, longsor, kekeringan serta erupsi gunung merapi. Yang berdampak pada manusia sebanyak 477 orang meninggal dunia, 109 dinyatakan hilang, 6,1 juta mengungsi/ menderita 3.415 luka-luka, 72.992 rumah rusak serta sebanyak 2.011 fasilitas publik mengalami kerusakan dan seluruh total bencana yang terjaid sebanyak 3.721 sepanjang tahun 2019.
Bisa dipahami nahwa dengan bencana yang terjadi harusnya manusia memahami apa itu lingkungan, bagaimana hubungannya antara manusia dan lingkungan, apakah manusia sebagai penguasa akan lingkungan akan tetapi tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan dalam menangani krisis dari lingkungan itu sendiri.
Pencegahan yang dilakukan hanya melalui lembaga pemerintahan serta Non Goverment Organization. Namun bagaimana dengan publik sendiri atau masyarakat yang mendiami suatu wilayah yang terkena dampak dari krisis lingkungan itu sendiri.
Harus seberapa lama lagi kita menyaksikan seluruh fenomena alam terjadi tanpa ada perubahan serta cara pandang kita dalam menangani krisis lingkungan yang hampir beberapa bencana faktor utama nya adalah manusia itu sendiri.
Dalam prinsip etika lingkungan menekankan bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam yang bertujuan saling menjaga satu sama lainserta merawat dibuktikan dengan baiknya suatu lingkungan maka akan baik juga kehidupan manusia disekitar lingkungan tersebut. Justru dengan lingkungan yang baik akan memperlangsung kehidupan baik flora serta fauna bukan hanya kehidupan manusia itu sendiri.
Bisa dibayangkan jika lingkungan yang kotor, sungai banyak sampah, pohon-pohon sudah sukar untuk dijumpai tentunya menjadi faktor penghalang bagi manusia terkait polusi udara serta lingkungan menjadi kumuh rentan akan wabah penyakit.
Mengubah pola pikir manusia terhadap pemahamannya terhadap lingkungan merupakan salah satu langkah kongkrit. Bijak dalam menggunakan bahan-bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pengelolaan sampah berbahan plastik, membuang sampah pada tempat yang disediakan yang kita semua tahu bahwa plastik itu sendiri merupakan komponen dari kerusakan ekosistem lingkungan.
Mulai menyuarakan dan mengkampanyean yang sertamerta hanya untuk memperbaiki serta memperlama kelangsungan hidup di lingkungan agar menjadi baik.
Akan tetapi pemahaman ini bukan hanya merujuk kepada masyarakat umum saja akan tetapi seluruh masyarakat baik dari golongan manapun, pemerintah, lemabaga swadaya masyarakat, korporasi, organisasi, kelompok atau individu semua harus bertanggung jawab akan lingkungan.
Jika hal ini tidak dimulai dari sekarang bagaimana nantinya nasib akan generasi selanjutnya yang puluhan tahun nanti akan menikmati hasil ketidak pedulian kita terhadap lingkungan, generasi selanjutnya adalah korban dari ketidak mauan serta pemahaman kita yang mendasar salah dalam memahami terkait krisis lingkungan. *
Penulis :
Edy Zaputra (Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Unand)