PEKANBARU - Ketergantungan Indonesia terhadap produk impor khususnya komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, saat ini dinilai berada pada level yang sangat mengkhawatirkan. Bukan hanya produk pangan, pasar Indonesia pun tak henti-hentinya dibanjiri berbagai produk impor.
Ada berbagai macam produk yang mencakup kebutuhan rumah tangga, pakaian, elektronik, mobil, telekomunikasi dan banyak lagi.
Pemerintah selalu berdalih membuka kran impor untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang tinggi. Hal ini dikarenakan produk lokal tidak dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Padahal jika kita amati, banyak sekali produk dalam negeri yang dapat bersaing dengan produk dari luar negeri yang tidak kalah bagusnya.
Permasalahannya adalah bagaimana cara meningkatkan konsumsi masyarakat indonesia agar mencintai dan mencoba produk-produk buatan dalam negerinya sendiri.Selain dari masyarakat dibutuhkan juga peran upaya pemerintah dan seluruh stakeholders industri dalam negeri untuk mendorong penggunaan produksi dalam negeri melalui program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri.
Jika menelisik ke belakang, kebiasaan indonesia mengimpor sudah sejak lama dilakukan mulai dari alat kesehatan hingga produk tekstil.
Contohnya saja pada bidang kesehatan, indonesia mengimpor alat kesehatan dengan porsi lebih dari 90% bahkan sebelum terjadinya pandemi covid 19, dan dengan adanya pandemi covid 19 membuat peningkatan pada impor alat kesehatan seperti bahan baku pakaian pelindung, bahan baku masker, PCR test, ventilator, thermometer, handsanitizer, vaksin dan alat kesehatan lainnya.
Tingginya permintaan dalam negeri akan beberapa jenis produk tersebut menjadi alasan peningkatan impor beberapa produk tersebut.Menurut berbagai sumber, indonesia belum mampu memproduksi vaksin covid 19 secara massal sehingga menyebabkan pasokan vaksin covid 19 sepenuhnya berasal dari impor.
Berdasarkan informasi dari pelaku usaha industri di Indonesia sebenarnya sudah mampu memproduksi beberapa jenis produk farmasi dan juga alat kesehatan namun sebagian besar dari bahan baku tetap berasal dari luar negeri atau sistem impor.
Alasan penggunaan bahan baku impor diakibakan bahan baku dari indonesia dinilai kuantitas dan spesifikasinya belum sesuai dengan standar dari produk farmasi dan alat kesehatan.
Produksi vaksin yang sudah berhasil dibuat oleh indonesia yaitu seperti vaksin tetanus, campak, meningitis, pertusis dan polio. Ketergantungan impor merupakan permasalahan yang selalu saja terus berulang-ulang dan seakan-akan tidak akan ada habisnya.
Melihat hal ini sebagai masyarakat indonesia merasa sangat miris dan ironis dimana negara indonesia adalah negara agraris yang berkelimpahan sumber daya alam tetapi kurang dikelola dengan baik oleh rakyatnya dan sebagian barang yang diimpor pun justru bisa dihasilkan dinegeri kita sendiri.
Saat ini dunia sudah memasuki revolusi industri 4.0 dimana diera ini ditandai dengan penggunaan mesin yang terkoneksi jaringan internet, digitalisasi sudah ada diberbagai aktivitas mulai dari sosial, politik, bahkan pendidikan.
Dengan adanya kecanggihan membuat semua sektor yang ada menjadi cepat dan mengalami kemajuan. Di Indonesia mayoritas para petani masih menggunakan sistem yang tradisional untuk mengelola produksi pertaniannya.
Hal ini tidak mengherankan jika hasil produksinya memiliki kualitas yang jauh dibawah standard dan pemerintah terus melakukan impor untuk memenuhi permintaan pasar karena dinilai hasil komoditas pangan negara lain lebih baik daripada indonesia.
Ketergantungan akan produk impor tidak hanya dalam bidang kesehatan tetapi juga salah satu contoh lainnnya adalah minyak.
Indonesia berusaha mencukupi permintaan minyak yang tinggi dengan mengimpor olahan dari beberapa negara produsen. Impor minyak indonesia salah satunya berasal dari negara singapura dimana selain negara Singapura dekat dengan negara Indonesia.
Singapura juga memiliki kilang minyak terbesar didunia dengan menggunakan teknologi yang canggih yang mampu memproduksi minyak mentah menjadi minyak olahan dalam jumlah yang besar dan melebihi kebutuhan minyak olahan negaranya sendiri.
Faktor yang menyebabkan rendahnya produksi minyak di Indonesia adalah rendahnya kualitas dari kilang minyak yang memproduksi minyak mentah. Jika dilihat kebutuhan minyak olahan penggunaannya lebih besar adalah untuk jenis bensin.
Bensin merupakan komoditas energi yang besar pemakaiannya di Indonesia. Impor bensin termasuk solar terus saja meningkat disebabkan oleh naiknya komsumsi yang didorong pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor Indonesia.
Dilihat dari kondisi kekayaan sumber daya yang dimiliki Indonesia sumber akan minyak mentah Indonesia sangatlah tinggi. Namun dalam hal pengolahan menjadi minyak olahan yang dapat digunakan langsung untuk kebutuhan sehari-hari indonesia memiliki keterbatasan baik dalam kuantitas maupun kualitas dari kilang minyak yang kita miliki.
Dan yang paling membuat miris adalah kilang minyak indonesia tidak mampu mengelola minyak mentah yang dihasilkan oleh ladang minyak Indonesia.
Seperti yang dijelaskan oleh PT Pertamina, masih rendahnya kapasitas kilang nasional menjadi alasan yang paling besar mengapa indonesia mengimpor dari luar karena kilang nasional yang belum mampu memenuhi kebutuhan BBM nasional.
Dalam hal ini contoh yang diambil adalah kilang minyak yang berada didaerah cilacap, dimana kilang minyak tersebut tidak dapat dipergunakan untuk mengolah minyak mentah dari ladang di Indonesia karena memang didesign untuk mengolah minyak yang berasal dari timur tengah dan tempat tersebut diproduksi bahan bakar yang menyuplai 44% kebutuhan energi nasional diantaranya 75% di pulau jawa, dengan tidak mencukupinya fasilitas kilang minyak yang mampu mengolah minyak dalam negeri tersebut merupakan salah satu penyebab berubahnya status indonesia dari pengekspor minyak menjadi pengimpor minyak.
Dengan terjadinya ketergantungan akan impor minyak membuat indonesia bukan tidak mungkin ketergantungan tersebut akan terus terjadi.
Kondisi ini akan memberikan dampak dibidang ekonomi yaitu dengan adanya impor minyak olahan dari luar tentu saja membuat banyak kerugian pada indonesia yang disebabkan pengeluaran untuk belanja minyak olahan.
Pandemi covid 19 sangat berdampak pada perekonomian secara luar biasa. Bagaimana tidak, berbagai negara menghadapi penurunan ekonomi yang menyebabkan kontraksi yang sangat dalam karena hampir semua negara melakukan pembatasan mobilitas secara ketat dan banyak negara yang menerapkan lockdown yang memberikan konsekuensi pada perekonomian yang sangat merosot sangat tajam.
Salah satunya negara kita yaitu indonesia, Indonesia dihadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat pandemi covid 19, ekonomi indonesia tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan juga kemiskinan meningkat.
Keputusan yang dibuat pemerintah atas pembatasan sosial berskala besar diberbagai daerah di Indonesia berdampak luas dalam proses produksi, distribusi dan kegiatan operasional lainnya yang pada akhirnya menganggu kinerja dari perekonomian.
Pemerintah pun membuat strategi untuk mendorong percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi yaitu dengan peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan dunia usaha serta menjaga stabilisasi ekonomi dan ekspansi moneter.
Baru-baru ini presiden Joko Widodo mengatakan dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) bahwa situasi dunia saat ini dalam keadaan sulit karena ketidakpastian global bahkan diproyeksikan sebayak 60 negara akan mengalami runtuhnya perekonomian.
Bahwa bank dunia IMF menyampaikan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya. Ada sekitar 40 negara yang diperkirakan pasti akan ambruk.
Menurut Joko Widodo saat ini bukan hanya indonesia yang masih bergelut dengan pangan, namun keadaan dunia saat ini tengah dihantui oleh ancaman krisis pangan hingga terjadinya krisis energi, selain itu juga adanya ancaman inflasi yang menjadi momok menyeramkan semua negara tidak terkecuali Indonesia.*
Penulis
Tri Wulandari
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Riau, jurusan Administrasi Negara.
Komentar Anda :