ROKAN HILIR - Sejumlah masyarakat di Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir meminta PT. Sarana Andalan Semesta (SAS) bertanggungjawab atas kegiatannya.
Masyarakat merasa tidak nyaman dan merasa dirugikan dengan pekerjaan PT. SAS melakukan pelebaran jalan didaerah tersebut pada tahun 2019 lalu.
Sabaruddin salah seorang masyarakat disana yang terkena dampak kegiatan itu ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya hari Selasa 10 November 2020 menyebutkan banyak kerugian yang dialami masyarakat akibat pekerjaan pelabuhan yang dilakukan PT. SAS.
"Jalan kami jadi rusak berat akibat dilewati alat berat. Mereka dulu berjanji akan memperbaikinya namun sampai saat ini tidak dikerjakan mereka," Kata Saharuddin.
Selain itu disebutkan Saharuddin, banyak tanaman masyarakat yang ditumbangkan untuk pelebaran jalan. Mereka juga berjanji akan mengganti namun sampai saat ini tidak terealisasi.
Saharuddin bersama-sama dengan masyarakat yang mengalami kerugian juga telah mengirimkan surat Pimpinan PT. SAS pada tanggal 29 Februari 2020 lalu, yang ditandatangani oleh ketua RT, ketua RW dan Kepala Dusun.
Dalam surat itu, mereka menyebutkan akibat kegiatan PT. SAS ini juga telah merusak hutan mangrove disana.
"Kami sudah beberapa kali menghubungi perusahaan. Mereka berjanji bulan ini, bulan depan akan diganti. Namun sampai saat ini tak jadi-jadi. Gaji penjaga alat berat juga belum dibayarkan. Gaji pengadaan makan minum pekerja yang disiapkan masyarakat juga belum dibayar termasuk pengadaan kayu cerocok,"ungkap Saharuddin lagi.
Adapun jenis tanaman yang rusak akibat kegiatan perusahaan yang berdomisili di Pekanbaru ini yaitu sawit. Setidaknya ada 20 orang petani yang sawitnya dirusak perusahaan dengan jumlah beragam.
Selanjutnya 5 orang karyawan gaji belum dibayar dengan jumlah Rp.1.500.000 perorang. Penyedia kayu cerocok juga 5 orang dengan jumlah Rp.15.000.000 dan terakhir penyedia makan dan minum atas nama Mustofa sebesar Rp.30.500.000.
Roman salah seorang tokoh pemuda Palika menjelaskan PT. SAS merusak infrastruktur Desa Pasir Limau Kapas berawal dari adanya pembangunan jalan dari teluk piyai Panipahan batas Sumut.
"Tidak diketahui atas dasar apa PT. SAS membuat pelabuhan didusun sungai siakap, kepenghuluan pasir limau kapas alat beratnya melewati jalan desa mengakibatkan jalan desa rusak parah," Kata Roman.
Ditambakan Roman, pihak perusahaan berjanji akan memperbaiki jalan tersebut, tapi sampai saat ini tidak kunjung diperbaiki.
Bukan itu saja ditambahkan Roman, pembangunan pelabuhan itu juga menebang pohon mangrove dan membuat anak sungai areal pertanian terkena air laut jika saat pasang tiba dan mengakibatkan kerugian bagi petani. (Fd)