Diskusi Panel Melawan Radikalisme, Terorisme ISIS Dir Bintibmas Korbinmas Baharkam Polri
Selasa, 06/03/2018 - 22:55:40 WIB
Tim Program IV Quick Wins Satgas Ops Polri menyelenggarakan diskusi panel Kontra Radikal dan Deradikalisasi (Khusus ISIS) di Ballroom Hotel Premiere Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Selasa (06/03/2018).
Diskusi panel yang bertemakan Bersama Melawan Radikalisme, Terorisme ISIS Demi Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan NKRI ini, dihadiri langsung oleh Dir Bintibmas Korbinmas Baharkam Polri Brigjen Sutarno.
Sementara yang menjadi narasumber antara lain AKBP Syamsul (Psmen Densus 88). Ahmad Sajuli (Mantan Terorisme), Prof Dr Alaidin Koto (Dosen Fakultas Syariah UIN Susqa Riau), pendamping Ferizal, Dr H Saidul Amin MA (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Susqa Riau), pendamping AKP Imron Teheri SSos MH
Sebelum diskusi psnel ini dibuka, acara diawali dengan lagu Indonesia Raya dan pembacaan teks Pancasila.
Pada kesempatan itu, Dir Binmas Polda Riau, Kombes Pol Drs Kris Pramono menyampaikan kata sambutan Kapolda Riau Irjen Pol Drs Nandang MH.
Dalam sambutannya, Kapolda mengatakan, bangsa.Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi perbedaan dan menghormati kemajemukan sesuai dengan ideologi pancasila. Sehingga semua Indonesia wajib saling menghormati antar sesama serta menjaga keutuhan NKRI dari berbagai gangguan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Radikalisme merupakan isu yang cukup krusial saat ini karena sifat ancamannya. Radikalisme bukan sekedar pembelotan atau separatisme, namun lebih jauh dari itu, merupakan sikap benci dan memusuhi atas dasar pelanggengan secara buta ideologi yang diusungnya," terang Kapolda.
Kapolda menyebutkan, tak jarang pelaku radikalis menghalalkan segala cara untuk mempengaruhi khalayak luas agar mendukung propaganda ideologinya. Sikap radikalisme, jika sampai tahap ekstrim mampu menimbulkan ancaman yang membahayakan stabilitas negara seperti terorisme terutama kelompok militan ISIS.
"Secara umum situasi kamtibmas wilayah Provinsi Riau sangat kondusif, namun demikian potensi hadirnya paham radikalisme, terorisme akan selalu tetap ada," ujar Kapolda.
Dalam menyikapi hal ini, lanjut Kapolda, Polda Riau dan jajarannya secara konsisten dan berkesinambungan telah melakukan upaya pencegahan aksi kelompok radikalisme yang didukung oleh Pemerintah Provinsi/kabupaten/kota dan instansi tertentu. Sera partisipasi aktif dari berbagai komponen bangsa untuk ikut serta dalam upaya-upaya pencegahannya.
"Salah satu program quick wins Polri yakin pembentukan dan pengefektifan satuan tugas operasi satgas ops polri kontra radikal dan deradikalasi merupakan program unggulan polri. Dalam rangka meraih keberhasilan segera yang memiliki tujuan sangat penting dalam melawan radikalisme, terorisme ISIS dengan menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI," ulas Kapolda seraya menghimbau kepada Dirbintibmas Korbinmas Baharkam Polri, selaku satgas ops Polri Kontra Radikal dan deradikalisasi di tingkat Mabes Polri dapat lebih mengoptimalkan peran Polda Riau beserta seluruh potensi bangsa yang ada untuk melawan segala bentuk paham radikalisme teroris ISIS di Provinsi Riau.
"Secara khusus kami sampaikan apresiasi kepada satgas ops polri kontra radikal dan deradikalisasi mabes polri. Dan kepada semua pihak untuk dapat bersama-sama melanjutkan perjuangan melawan radikalisme dan terorisme ISIS demi menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI serta keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara tercinta yang damai, adil dan sejahtera," ajak Kapolda.
Sementara itu, Dir Bintibmas Korbinmas Baharkam Polri Brigjen Sutarno mengatakan, kegiatan diskusi panel ini diselenggarakan di seluruh Indonesia. Dan kali ini pas jatahnya kebetulan ke Riau. Dan kegiatan ini sudah dijadwalkan jauh-jauh hari sebelumnya.
"Dan dalam Kebijakan Bapak Kapolri, ada beberapa program. Salah satunya adalah terkait dengan mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Dan itu sudah direncanakan," sebut Brigjen Sutarno.
Selain di Riau, sebut Brigjen Sutarno, kegiatan penyuluhan dan diskusi panel ini juga diselenggarakan di Jawa Tengah yakni pada tahun 2017 lalu. Dan bulan depan diarahkan ke Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Tidak hanya Riau, tapi sebetulnya kita harapannya semua polda akan ada kegiatan diskusi panel Kontra Radikal dan Deradikalisasi (Khusus (ISIS) ini. Karena semua polda juga punya kerawanan yang hampir tidak jauh berbeda terkait paham radikal dan intoleran. Bahkan sekarang ini, selain itu kita juga mengantisipasi agar pilkada tetap kondusif," terang Brigjen Sutarno.
Lalu, apakah Riau ini termasuk salah satu daerah rawan konflik? Brigjen Sutarno mengatakan, kalau Riau yang jelas beberapa orang pada waktu lalu ada yang sudah diamankan. Yang ini mengindikasikan ada upaya menciptakan paham radikalisme.
"Karena itu kita terus berupaya agar masalah ini untuk tidak terus bertambah. Karena persoalan-persoalan masuknya paham radikalisme yang mengarah kepada terorisme, mereka terus melakukan kegiatan-kegiatan. Dan kepolisian khususnya Densus juga terus bekerja mengikuti kegiatan mereka ini," ujar Brigjen Sutarno.
Mengenai banyaknya berita hoax, Brigjen Sutarno menegaskan, kepolisian dari aspek preentifnya melalui bidang humas dan kehumasan terus melakukan patroli-patroli. Bahkan kepolisian juga sudah membentuk cyber crime. Dimana direkturnya itu berpangkat bintang satu dibawah Bareskrim Polri.
"Nah, dengan terbentuknya Direktorat Cyber Crime saat ini, tentu ada teknologi IT yang terus memonitor dan memantau dunia maya itu untuk melakukan pencegahan dan berusaha mengungkap siapa dibalik pembuat berita hoax itu. Yang tentu saja berita hoax yang sangat merugikan masyarakat, terutama yang mengarah pada tindakan-tindakan radikalosme dan deradikalisme serta teroris," ujar Brigjen Sutarno seraya menyampaikan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian seringkali mengatakan kalau media mainstream itu relatif masih bisa dikendalikan. Namun Kapolri juga mengakui, memang media sosial itu tidak mudah dikendalikan.
"Nah sekarang, karena media sosial itu setiap individu bisa bikin satu peristiwa, satu karangan bisa benar iti tidak ada yang mengatur dan memfilternya. Yang bisa memfilter adalah diri kita sendiri. Untuk itu, setiap individu masyarakat harus cerdas istilahnya menerima berita yang masuk ke media kita, ke handpone, facebook dan twitter. Jadi kalau ada berita yang masuk atau diterima, sebaiknya dicek kembali kebenarannya, benar apa nggak. Jika kira-kira benar dan positif, ya mungkin bisa diteruskan kepada yang lain. Tapi kira-kira tidak benar dan membahayakan, ya nggak usah diteruskan ke yang lain dan cukup di handponenya sendiri," ujar Brigjen Sutarno.*
Komentar Anda :