www.transriau.com
19:58 WIB - Pererat Silaturahmi, JNE Gelar Halal Bihalal bersama Media Pekanbaru | 19:34 WIB - Hari Pertama dibuka, Lima Orang Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Mendaftar ke PDI Perjuangan | 13:59 WIB - Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan | 11:41 WIB - Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop 'Publisher Rights' Bersama Ketua Dewan Pers | 11:30 WIB - IOH Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idul Fitri | 09:50 WIB - BRK Syariah Buka Sentra UMKM Di Kantor Arifin Ahmad
  Jum'at, 26 April 2024 | Jam Digital
Follow:
 
Pilkada Kota Pekanbaru 2017
SIAPA YANG BAKAL MENANG…??
Rabu, 25/01/2017 - 08:37:12 WIB

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kota Pekanbaru tahun 2017 yang diikuti 5 pasangan calon ini kurang TERASA di masyarakat, berbeda dengan Pilkada Pekanbaru tahun 2011 lalu, walau hanya diikuti 2 Paslon akan tetapi perhelatan itu sangat menyedot perhatian masyarakat. Hal ini mugkin akibat terlalu panjangnya masa kampanye bagi paslon yang diberikan KPU.

Pertarungan  lima Kandidat dalam meraih kemenangan bukanlah perkara mudah, ada 572.029 Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan pemilih lelaki sebanyak  285.372  dan pemilih perempuan 286. 657, tersebar di 1.796 TPS. Siapa yang akan unggul nantinya tentu sangat ditentukan oleh kinerja dan strategi para Paslon dan Tim Pemenangannya. Namun terlepas dari itu semua dari latar belakan dan pendukung mereka dapat kiranya ditakar  kekuatan dan kelemahan masing-masing Paslon.

Lima paslon ini terbagi dua kelompok  besar, pertama Pasangan independen  yaitu nomor Urut 1 dan Urut 2, kelompok ini hanya  mengandalkan Ketokohan mereka dalam meraih suara, karena secara politis mereka tidak mendapat dukungan dari Partai Politik. Seperti apa ketokohan dua Paslon ini…? Diukur dari tingkat kepopuleran mereka tidak ada yang dominan, secara latar belakang mereka akan saling bunuh, karena salah satu sama berlatar belakang guru dan Pengurus PGRI, ini adalah titik lemah  mereka, kenapa satu organisasi tapi pecah kongsi, semesti yang tingkat propinsi didukung oleh pengurus kota, atau sebaliknya. Dalam situasi seperti ini sudah dapat dipastikan suara PGRI akan pecah.

Berharap dari tokoh politisi dan birokrasi sebagai pasangan paslon sangat sulit diukur, karena mereka tidak  ada pendukung  panatik. Dalam hal sosialisasi dan pencerahan kepada pemilih tentang keunggulan calon dari Independen juga tidak sampai menjangkau masyarakat, sehingga pengetahuan  mereka tentang bagaimana calon independen itu sangat minim sekali, ditambah lagi belum ada contoh pemimpin yang berasal dari calon independen di Propinsi Riau. Melihat itu semua, kalau saja paslon independen ini dapat mempertahankan suara pendukungnya  yang diajukan saat lolos verfikasi KPU itu juga sudah sangat bagus. Peluang mereka hanya akan  final diurutan 4 dan 5 dalam perolehan suara nanti.

Kelompok kedua adalah Paslon yang didukung Partai Politik, yaitu  Paslon urut 3, 4 dan 5. Pertarungan kelompok ini akan lebih seru dan ketat, karena selain menjual ketokohan,  mereka juga didukung oleh partai politik pengusung yang notabene memiliki basis pendukung yang fanatik. Kaloborasi ini kalau dimenej dan bergerak bersama untuk mencapai tujuan maka akan menjadi kekuatan yang dapat mengantarkan calon sebagai pemenang dalam Pilkada. Dari jumlah dukungan suara partai politik  Ramli-Irvan yang  diusung Parta Golkar 7 kursi, PAN 5 kursi, PKB 4 kursi, Hanura 4 kursi dan NasDem 3 kursi memiliki kekuatan 23 kursi diparlemen. Disusul oleh Firdaus-Ayat yang kembali dijagokan oleh Partai Demokrat 6 kursi, Gerindra 4 Kursi dan PKS 3 kursi kekuatan mereka di parlemen sebanyak 13 kursi, terakhir pasangan Dastrayani-Said yang menjadi andalan PDIP 5 kursi dan PPP 4 kursi kekuatan mereka diparlemen 9 kursi.

Secara hitung-hitungan kursi memang Ramli-Irvan jauh lebih unggul, namun itu saja belum cukup bagi mereka untuk meraih kemenangan dalam pertarungan ini, karena walau Firdaus-Ayat dan Dastrayani-Said hanya didukung masing-masing  2 partai saja, akan tetapi partai pengusung mereka secara politis mempunyai basis pendukung fanatik dan solit. Oleh karena itu pertarungan  perebutan suara dari pendukung partai politik ini adalah milik Firdaus-Ayat vs Dastrayani-Said, kemudian siapa yang bakal unggul.  Untuk menakarnya kita harus membaca fenomena berbagai peristiwa nasional diakhir tahun 2016 lalu, ada pristiwa yang menyedot perhatian luar biasa ditengah masyarakat. Yaitu pristiwa dengan symbol 411 dan 212, yang melibatkan tokoh partai politik ditingkat nasional, hal ini tidak bisa dipungkiri pasti akan berpengaruh terhadap pilihan masyarakat terhadap para calon. Secara politis pristiwa 411 dan 212 berefek positif bagi paslon Firdaus-Ayat karena partai pendukung mereka tidak termasuk dalam koalisi besar partai yang mendukung calon petahana di DKI Jakarta yang tersandung masalah Penistaan Agama, sebaliknya berimplikasi nigatif pada paslon Dastrayani-Said.

Secara ketokohan dan dukungan masyarakat daerah asal calon, Ramli-Irvan yang berasal dari Indragiri dan Kampar ini akan mendapat dukungan yang kuat, Ramli akan berbagi suara masyarakat Indragiri (Kuansing, Inhu dan Inhil) di Kota Pekanbaru dengan Syahril yang merupakan putra Kuansing, secara ketokohan  dan pengaruh Ramli lebih diunggulkan. Irvan walau ketokohannya belum begitu terlihat bagi masyarakat Kampar, namun ketokohan sang ayah Herman Abdullah sudah memiliki tempat yang khusus dihati orang Kampar Pekanbaru, Irvan akan menganggu suara Firdaus yang dalam Pilkada 2011 didukung penuh orang Kampar. Perebutan suara masyarakat Kampar Pekanbaru ini akan diungguli Firdaus selaku petahana, tersebab beliau adalah calon walikota sedangkan Irvan hanya  sebagai Wawako, tepikal masyarakat Kampar akan lebih memilih calon orang kampungnya untuk posisi nomor satu karena akan dapat berbuat lebih. Irvan akan mendapat amunisi tambahan suara dari unsur masyarakat Sunda yang merupakan daerah asal istri Irvan.

Selain dukungan dari masyarakat Kampar  Firdaus-Ayat akan mendapat suntikan suara dari masyarakat Jawa Pekanbaru sebagai orang kampung Ayat dan orang Minang Pekanbaru dari unsur istri Ayat yang berasal dari Sumatera Barat. Namun khusus untuk suara orang Minang tidak bisa terlalu diharapkan, karena akan tergerus oleh paslon urut 2 Herman-Defi yang merupakan calon yang berasal dari daerah sumbar. Kantong suara lain adalah dari PNS dan keluarganya, Firdaus-Ayat masih diunggulkan, akan tertapi suara PNS di Kota Pekanbaru akan terpecah lima, akibat semua calon ada yang berasal dari PNS dan birokrat, yaitu Syaril, Herman-Defi, Firdaus, dan Dastrayani Bibra. Khusus perebutan suara dikalangan birokrat Pemko Pekanbaru akan menjadi pundi-pundi suara bagi Firdaus, Dastrayani Bibra dan Herman Nazar.

Paslon Dastrayani Bibra-Said Usman sebagai putra Melayu Pekanbaru tentu akan mendapat dukungan penuh  dari masyarakat Melayu Pekanbaru, namun suara orang Melayu juga tidak akan bulat mendukung paslon ini, karena ketokohan Said Zohrin yang maju sebagai calon Independen tidak dapat dianggap remeh. Said Zohrin sebagai orang politik dan sudah mencoba pula peruntungnnya sebagai calon anggota DPD  RI di Pemilu 2009 lalu tentu akan mengganggu segmen suara Dastrayani-Said. Adalah suara masyarakat Sumatera Utara atau orag Batak Pekanbaru yang akan menjadi amunisi besar bagi Dastrayani-Said dalam mengumpulkan suara, ini disebakan PDIP sebagai partai pendukung mereka mempunyai basis dan pendukung panatik dari orang Batak Pekanbaru, tapi suara ini juga akan terbelah dengan Firdaus-Ayat yang sudah memiliki pendukung juga di kalangan orang Batak Pekanbaru.
 
Siapa yang bakal memenangi pertarungan nanti, dari hitung-hitungan itu akan terjadi persaingan ketat antara Paslon nomor urut 3 Firdaus-Ayat vs Paslon nomor urut 5 Dastrayani-Said untuk memperebutkan posisi 1 dan 2, sedangkat paslon nomor urut 4 Ramli-Irvan akan menempati posisi 3. Tapi tunggu dulu, pasangan Ramli-Irvan bisa menjadi Kuda Hitam yang akan menyalib perolehan suara Firdaus-Ayat dan Dastrayani-Said, kuncinya partai politik pengusung mereka solid mengamankan suara pendukungnya untuk paslon urut 4 ini.

Terakhir  "SERANGAN FAJAR"  hal ini ibarat hantu yang muncul disetiap perhelatan Pilkada maupun Pemilu, antara ada dan tiada sulit untuk dibuktikan, namun merasuk kesemua unsur yang terlibat dalam perhelatan Pilkada. Untuk itu masyarakat Pemilih ingatlah, jangan gadaikan suaramu dengan nominal karena dengan itu pula marwah dan martabat Pemilih sebagai pemegang mandat kekuasaan di negeri ini tercabut dan akhirnya hanya menjadi korban demokrasi belaka. Kepada para penyelenggara Pilkada KPU dan Panwas disemua tingkatan, jangan disangka serangan fajar ini hanya ditujukan kepada pemilih, penyelenggara pemilu juga tidak akan terlepas  dari target mereka. Sadarlah amanah yang diemban bukan sekedar menyukseskan penyelenggaraan pilkada, akan tetapi lebih dari itu adalah sukses mengantarkan pemimpin yang tepat sehingga dapat melayani dan mensejahterakan rakyat.
    
Abdul Wahid
#Komisioner KPU Kota Pekanbaru  2011-2014





 
TRANS OPINI
Dilema Fenomena “Wartawan Amplop”
Antara Integritas dan Kesejahteraan
17/03/2019 | 18:53 Wib
NETRALITAS ASN PADA PEMILU 2019
Caleg Baru VS Incumbent
Waspadai "Perampokan Suara" dalam Pilkada
Tahun Baru Islam, Refleksi Umat Untuk Memperbaiki Keislaman
Setia Amanah untuk Andi Rachman
Pilkada Kota Pekanbaru 2017
SIAPA YANG BAKAL MENANG…??
Membangun Kemajuan Peradaban Islam Dengan Pendidikan Berkualitas Menuju Era Mea Di Perguruan Tinggi
 
Follow:
Pemprov Riau | Pemko Pekanbaru | Pemkab Siak | Pemkab Inhu | Pemkab Rohil | Pemkab Kampar | DPRD Rohil | DPRD Pekanbaru
Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
© 2015-2016 PT. Trans Media Riau, All Rights Reserved