Sebanyak 12 orang delegasi Uni Eropa dan Kedutaan Besar negara anggota Uni Eropa pada Kamis, (9/5/2019) mengunjungi perkebunan sawit PTPN V di Riau. Kunjungan rombongan yang dipimpin oleh Direktur KSIA Amerop Masni Eriza dan langsung diterima oleh Direktur Operasional PTPN V Balaman Tarigan, merupakan perwujudan Diplomasi Ekonomi menuju Pengakuan ISPO di UE, sebagai bagian dari Proyek Prioritas Nasional tahun 2019, yang sedang di gencarkan oleh Direktorat Kerjasama lntrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri Indonesia.
“Meningkatkan pemahaman UE mengenai kelapa sawit dan ISPO menjadi penting guna menghadapi persepsi negatif terhadap minyak sawit di negara-negara anggota UE. PTPN V siap membantu pemerintah untuk memperkenalkan kelapa sawit ke perwakilan - perwakilan Dubes UE,” ujar Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Jatmiko K. Santosa.
Uni Eropa merupakan salah satu pasar ekspor CPO terbesar bagi Indonesia, kedua setelah India. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan, jumlah ekspor CPO ke Uni Eropa mencapai 4,78 juta ton atau sekitar 14,92 persen dari total ekspor CPO. Begitupula untuk ekspor produk turunannya, mencapai 32,02 juta ton pada 2018. Sementara ekspor ke India sebanyak 6,71 juta ton, Amerika Serikat 1,21 juta, dan kumpulan negara-negara lain 6,44 juta ton.
PTPN V tercatat sebagai BUMN perkebunan yang telah mengantongi sertifikat minyak sawit berkelanjutan seperti RSPO, ISPO dan ISCC. Ini menjadi cerminan bahwa perusahaan telah menerapkan aspek berkelanjutan dalam proses budidayanya dan telah mengantongi sertifikasi sustainability terbanyak di antara perusahaan perkebunan plat merah lainnya. Seluruh CPO yang dihasilkan PTPN V dari 12 pabrik kelapa sawit milik PTPN V yang telah memperoleh sertifikasi ISPO. Dua PKS di antaranya telah memperoleh sertifikasi ISCC, sertifikasi khusus pasar Eropa.
"Kami percaya prinsip people planet dan profit akan menjaga kebersinambungan PTPN V itu sendiri. Kami fokus untuk terus bisa memperoduksi CPO yang bersertifikat sustainable melebihi keinginan dari kebutuhan di negara Eropa yang menginginkan CPO yang sustainable” terang Jatmiko.
'Dalam sustainaibility ini tidak hanya berlaku untuk CPO hasil Kebun Inti PTPN V, untuk masyarakat yang tergabung dalam plasma PTPN V pun berlaku," Tambahnya
Perwakilan Dubes UE selain melihat langsung budidaya sawit dan fasilitas pengolahan sawit lestari PTPN V, rombongan juga berdialog dengan petani swadaya.
"Perusahaan menjadi pioneer kebun kelapa sawit di Riau, juga dalam membangun kebun masyarakat. Kita sangat concern untuk tumbuh bersama petani", ucap Jatmiko.
PTPN V yang baru saja meluncurkan BUMN Sawit Rakyat sebagai solusi untuk peremajaan dan peningkatan kesejahteraan petani, telah memiliki pengalaman cukup baik dalam mengembangkan penggunaan limbah sawit sebagai sumber energi terbarukan. Saat ini PTPN V memiliki biogas power plant yang menghasilkan listrik di dua tempat, yaitu di daerah Tandun, Kabupaten Kampar, dengan kapasitas 1,5-2 megawatt dan yang terbaru PTPN V telah mengoperasikan PLT Biogas Teratam yang mengolah palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit dan mampu menghasilkan listrik sebesar 700 Kilo Watt (KW).
"Penerapan sawit yang lestari bukanlah menyulitkan, tapi jadi bagian dari mimpi besar PTPN V untuk menjadi contoh sukses peningkatan nilai tambah dari limbah kelapa sawit, sekaligus meningkatkan kemampuan inovasi teknologi pemanfaatan limbah cair menjadi energi listrik di Indonesia", imbuhnya.
"Ini menjadi bukti kita tidak hanya sekedar pemenuhan kriteria untuk memperoleh sertifikasi ISO, ISPO, RSPO hingga ISCC. Bahkan saat ini kita juga sedang mendorong +/- 1.000 petani sawit yang ada di lingkungan Perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi sustainable palm oil," ujar Jatmiko.
Kelapa sawit dinilai merupakan alternatif sumber energi yang paling baik untuk menggantikan sumber energi fosil yang tak lama lagi akan habis. Sebab tanaman ini memiliki produktifivitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Sumber energi berbasis sawit seharusnya bisa menjadi salah satu pilihan strategis untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.
Diketahui, Riau adalah rumah bagi perkebunan sawit rakyat terbesar di dunia, dengan proyeksi total produksi 2018 sejumlah 9.822.787 ton yang berasal dari 3 juta hektar lahan sawit di Riau. Dari total luas areal sawit di Riau sekitar 60% atau 1,8 juta hektar dimiliki petani swadaya dan plasma, sementara 40% merupakan perkebunan swasta. Pada 2017, sebanyak 319 pekebun kelapa sawit swadaya di Riau mencetak sejarah sebagai kelompok pekebun swadaya pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat ISPO. (trc)